Kanker usus besar adalah salah satu jenis kanker yang cukup sering ditemui, utamanya pada pria dan wanita berusia 50 tahun atau lebih. Pada pria, kanker usus besar menempati urutan ketiga sebagai kanker tersering yang ditemui setelah kanker prostat dan paru-paru. Sementara pada wanita, kanker ini pun menempati urutan ketiga setelah kanker payudara dan paru-paru. ”Dari berbagai laporan, di Indonesia terdapat kenaikan jumlah kasus (kanker usus besar), meskipun belum ada data yang pasti.
Data di Departemen Kesehatan didapati angka 1,8 per 100 ribu penduduk,” tutur dokter Adil S Pasaribu, SpB KBD, spesialis bedah dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta. Kanker usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat).
Data di Departemen Kesehatan didapati angka 1,8 per 100 ribu penduduk,” tutur dokter Adil S Pasaribu, SpB KBD, spesialis bedah dari Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta. Kanker usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat).
A. Jenis Kanker Usus Besar
Secara alamiah, sel-sel tubuh Anda selalu aktif membelah diri untuk menggantikan jaringan yang telah rusak, tua, atau mati. Sel yang sehat akan membelah diri secara teratur dan berhenti begitu seluruh jaringan telah diperbarui. Terkadang, DNA di dalam sel mengalami mutasi sehingga pembelahan sel terjadi lebih cepat dari seharusnya. Mutasi itu kadang juga membuat sel terus bertumbuh sekalipun jaringan baru telah selesai diperbarui. Pertumbuhan yang abnormal itulah yang menjadi cikal bakal tumor atau polip. Polip dapat tumbuh di mana pun, termasuk dalam usus besar. Polip usus besar terbagi menjadi dua kategori, yakni polip non-neoplastik dan polip neoplastik.
- Polip non-neoplastik umumnya bersifat jinak dan tidak berubah menjadi kanker usus besar.
- Polip neoplastik justru memiliki peluang tinggi untuk berkembang menjadi kanker. Risiko kanker bahkan lebih tinggi bila polip berukuran besar karena ada lebih banyak sel yang bisa tumbuh di dalamnya.
Mengutip laman American College of Gastroenterology, diperlukan waktu sekitar 10 tahun bagi polip untuk tumbuh menjadi kanker. Namun, tidak semua orang yang memiliki polip akan mengalaminya. Terdapat sejumlah faktor yang bisa mempersingkat rentang waktu tersebut. Sebuah penelitian pada tahun 2014 menemukan bahwa sebanyak 6% penderita polip usus besar terdiagnosis mengalami kanker usus besar dalam jangka waktu 3-5 tahun setelah melakukan pemeriksaan.
Faktor yang meningkatkan risikonya antara lain usia 65 tahun ke atas, riwayat kanker usus besar dalam keluarga, serta jenis polip. Jenis polip yang diderita pasien dalam penelitian tersebut merupakan polip neoplastik yang dapat berkembang menjadi kanker.
* Stadium 0
Ini adalah tahap terdini yang mungkin terjadi. Kanker belum bergerak dari tempat bermulanya, dan masih terbatas pada lapisan terdalam usus besar. Dalam tahap 0, sel-sel abnormal ditemukan di lapisan terdalam di usus besar. Sel-sel abrnomal ini bisa menjadi kanker dan menyebar ke jaringan normal terdekat, stadium 0 juga disebut karsinoma in situ.
* Stadium 1
Kanker telah mulai menyebar, tetapi masih di lapisan dalam. Ini juga disebut sebagai kanker kolorektal Dukes A.
* Stadium 2
Sebagian besar dari kanker telah tumbuh menembus dinding usus besar dan bisa menjangkau ke dalam jaringan terdekat. Kanker ini belum menyebar ke kelenjar getah bening, dalam tahap II ini kanker usus besar dibagi menjadi stadium IIA, stadium IIB, dan stadium IIC.
- Stadium IIA : Kanker telah menyebar menembus lapisan otot ke serosa (lapisan terluar) dinding usus besar
- Stadium IIB : Kanker telah menyebar menembus serosa (lapisan terluar) dinding usus besar tetapi belum menyebar ke organ terdekat.
- Stadium IIC : Kanker telah menyebar menembus serosa (lapisan terluar) dinding usus besar ke organ terdekat.
* Stadium 3
Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening, tetapi belum diangkut ke bagian yang jauh di tubuh. Ini juga disebut sebagai kanker kolorektal Dukes C. Dalam tahap III ini kanker usus besar dibagi menjadi stadium IIIA, stadium IIIB, dan stadium IIIC.
- Stadium IIIA : Kanker telah menyebar dari lapisan jaringan terdalam di dinding usus besar ke lapisan tengah dan menjalar ke sebanyak 3 kelenjar getah bening.
- Stadium IIIB : Kanker telah menyebar ke sebanyak 3 kelenjar getah bening terdekat dan telah menjalar :
a. Keluar lapisan jaringan tengah di dinding usus besar, ataU
b. Ke jaringan terdekat di sekitar usus besar atau rektum, atau
c. Keluar dinding usus besar ke dalam organ terdekat dan / atau menembus peritoneum
- Stadium IIIC : Kanker telah menyebar ke 4 atau lebih kelenjar getah bening dan telah menjalar :
a. Ke atau menembus lapisan jaringan tengah di dinding usus besar, atau
b. Ke jaringan terdekat di sekitar usus besar atau rektum
* Stadium 4
Kanker telah diangkut melalui sistem getah bening ke bagian yang jauh di tubuh, ini disebut sebagai metastatis. Kanker usus besar paling sering menyebar ke paru-paru dan hati. Kanker usus besar stadium IV disebut juga sebagai kanker kolorektal Dukes D.
Salah satu penyakit yang banyak menyerang anak muda adalah kanker usus besar. Penyakit ini berawal dari polip usus besar yang tidak ditangani sehingga polip yang tadinya bersifat tumor jinak berubah menjadi kanker. Dokter Spesialis Bedah Bethsaida Hospital, Eko Priatno mengatakan penyakit ini sebagian besar banyak menyerang anak muda karena beberapa hal seperti konsumsi makanan yang tinggi lemak dan rendah serat jadi pemicunya. Selain itu, konsumsi minuman beralkohol, merokok, obesitas, dan kurang olahraga juga jadi faktor pemicu. Nah agar kamu lebih peduli kesehatan, berikut gejala kanker usus besar yang perlu anak muda ketahui :
1. Susah BAB disertai perut kembung
Untuk satadium awal penyakit ini tidak menunjukkan gejala khas, kanker usus besar biasanya ditandai dengan perubahan saat buang air besar dan perut yang membesar karena dipenuhi tumor. Biasanya ditandai dengan sulit BAB dan merasa perut penuh.
2. BAB berdarah
Banyak orang yang menganggap bahwa BAB berdarah itu wasir, padahal bisa jadi merupakan tanda kamu terserang kanker usus besar. Oleh sebab itu, perlu segera dilakukan konsultasi oleh dokter.
3. Nyeri pada anus
Saat BAB, sering kamu merasa nyeri pada anus, itu karena adanya robekan kecil di sekitar anus. Biasanya bagi para pasien yang jarang makan serat bisa mengalami gejala tersebut.
4. Perubahan berat badan
Saat tubuh kekurangan zat besi, bisa disebabkan adanya pendarahan yang terjadi pada usus, ditambah gejala lainnya seperti lelah dan lemah. Bila sudah mengalami penurunan berat badan yang sangat signifikan perlu dilakukan pengobatan.
5. Tekstur tinja yang berubah
Berubahnya tekstur kepadatan kotoran, baik bertambah keras hingga akhirnya menjadi konstipasi atau bertambah cair (diare). Eko menjelaskan cara paling simpel mendeteksi kanker usus besar. Namun, langkah ini hanya berlaku jika tumor atau kanker berada di dekat anus. "Gejala kanker dan wasir memang mirip. Dia datang berobat ke mana pasti dibilang wasir.
Untuk membedakannya adalah dengan cara colok dubur. Kalau kanker, pasti akan terasa keras dan ada tonjolannya. Kalau wasir, dia akan lembek. Tapi itu hanya bisa untuk yang bagian bawah saja, delapan sentimeter dari anus. Ini pemeriksaan yang sangat penting dan simpel. Tidak perlu khawatir kanker usus besar asal datang pada stadium awal," tutupnya.
Untuk membedakannya adalah dengan cara colok dubur. Kalau kanker, pasti akan terasa keras dan ada tonjolannya. Kalau wasir, dia akan lembek. Tapi itu hanya bisa untuk yang bagian bawah saja, delapan sentimeter dari anus. Ini pemeriksaan yang sangat penting dan simpel. Tidak perlu khawatir kanker usus besar asal datang pada stadium awal," tutupnya.
Sejauh ini, penyebab kanker usus besar memang belum diketahui secara pasti. Hanya saja, ada beberapa hal yang diduga kuat berpotensi memunculkan penyakit ganas ini, yaitu: cara diet yang salah (terlalu banyak mengonsumsi makanan tinggi lemak dan protein, serta rendah serat), obesitas (kegemukan), pernah terkena kanker usus besar, berasal dari keluarga yang memiliki riwayat kanker usus besar, pernah memiliki polip di usus, umur (risiko meningkat pada usia di atas 50 tahun), jarang melakukan aktivitas fisik, sering terpapar bahan pengawet makanan maupun pewarna yang bukan untuk makanan, dan merokok.
Dalam buku Panduan Pengelolaan Adenokarsinoma Kolorektal disebutkan bahwa meskipun penelitian awal tidak menunjukkan hubungan merokok dengan kejadian kanker usus besar, namun penelitian terbaru menunjukkan, perokok jangka lama (30-40 tahun) mempunyai risiko berkisar 1,5-3 kali. Diperkirakan, satu dari lima kasus kanker usus besar di Amerika Serikat bisa diatributkan kepada perokok. Penelitian kohort dan kasus-kontrol dengan desain yang baik menunjukkan, merokok berhubungan dengan kenaikan risiko terbentuknya adenoma dan juga kenaikan risiko perubahan adenoma menjadi kanker usus besar.
E. Faktor resiko yang bisa terkena Kanker Usus Besar
Kondisi-kondisi tertentu dapat menyebabkan seseorang lebih rentan terkena kanker kolon. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko anda mungkin mengindikasikan pada anda untuk berwaspada terkena kanker kolon tetapi tidak berarti anda pasti terkena penyakit ini. Faktor-faktor resiko yang berkaitan dengan perkembangan kanker kolorektal, antara lain :
- Orang dengan riwayat polip atau kanker kolorektal
- Mereka dengan riwayat keluarga pernah terkena kanker kolorektal
- Mereka dengan riwayat terkena sindrom radang usus
- Mereka dengan riwayat keluarga terkena kanker payudara, kandungan atau indung telur
- Sering mengonsumsi daging merah, daging yang telah diproses, makanan berlemak dan - kurang serat
- Merokok dan minum minuman beralkohol
- Faktor-faktor genetik
F. Cara diagnosis Kanker Besar
Dokter menggunakan banyak tes untuk mendiagnosis peluang kanker dan untuk mencari tahu apakah kanker telah menyebar ke bagian tubuh lainnya (metastasis). Beberapa tes juga dapat menentukan pengobatan kanker usus besar mana yang mungkin paling efektif untuk kasus Anda. Dokter bisa mempertimbangkan faktor berikut saat memilih tes diagnosis kanker usus besar :
- Usia dan kondisi medis
- Jenis kanker yang dicurigai
- Tanda-tanda dan gejala
- Hasil tes sebelumnya
Dokter juga akan menanyakan tentang riwayat medis pribadi dan keluarga Anda.
1. Kolonoskopi
Kolonoskopi memungkinkan dokter untuk melihat keseluruhan bagian dalam rektum dan usus besar sewaktu pasien dibius. Jika ditemukan kanker pada usus besar, diagnosis lengkap yang secara akurat menjelaskan lokasi dan penyebaran kanker tidak mungkin dibuat sebelum tumor diangkat secara bedah.
2. Biopsi
Biopsi adalah pengangkatan sebagian kecil jaringan untuk diperiksa dengan mikroskop. Tes lain bisa mengusulkan bahwa ditemukan kanker, tetapi hanya biopsi yang dapat membuat diagnosis pasti dari kanker usus besar. Sampel yang diambil dalam biopsi kemudian dianalisis oleh ahli patologi. Ia akan mengevaluasi sel, jaringan, dan organ dalam tes laboratorium untuk menentukan diagnosis kanker usus besar.
Biopsi bisa dilakukan selama kolonoskopi, atau bisa dilakukan pada jaringan yang diangkat dalam operasi. Terkadang, CT scan atau USG digunakan untuk membantu menjalankan biopsi jarum. Biopsi jarum mengangkat jaringan melalui kulit dengan jarum yang diarahkan ke dalam tumor. Jika biopsi tidak mungkin dilakukan, dokter bisa menganjurkan tes lain yang akan membantu membentuk diagnosis.
Biopsi bisa dilakukan selama kolonoskopi, atau bisa dilakukan pada jaringan yang diangkat dalam operasi. Terkadang, CT scan atau USG digunakan untuk membantu menjalankan biopsi jarum. Biopsi jarum mengangkat jaringan melalui kulit dengan jarum yang diarahkan ke dalam tumor. Jika biopsi tidak mungkin dilakukan, dokter bisa menganjurkan tes lain yang akan membantu membentuk diagnosis.
3. Tes molekul tumor
Dokter bisa menganjurkan dilakukannya tes laboratoium pada sampel tumor untuk mengidentifikasi gen spesifik, protein, dan faktor unik lainnya pada tumor. Hasil tes ini akan membantu menentukan apakah pilihan pengobatan Anda mencakup satu jenis pengobatan yang disebut terapi bertarget.
4. Tes darah
Kanker usus besar sering menimbulkan perdarahan rektum, sehingga penderita penyakit ini bisa mengalami anemia. Tes jumlah sel darah merah, yang merupakan bagian dari hitung darah lengkap (CBC), bisa menunjukkan kemungkinan perdarahan. Tes darah lainnya mendeteksi kadar protein yang disebut carcinoembryonic antigen (CEA).
Kadar CEA yang tinggi bisa mengindikasi bahwa kanker telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. CEA bukanlah tes absolut untuk kanker kolorektal karena kadarnya tinggi hanya pada 60% penderita kanker kolorektal yang telah menyebar ke organ lainnya dari usus besar. Selain itu, kondisi medis lainnya bisa menyebabkan peningkatan CEA. Tes CEA paling sering digunakan untuk memonitor kanker kolorektal pada pasien yang sudah menjalani pengobatan, dan bukan hanya tes skrining.
Kadar CEA yang tinggi bisa mengindikasi bahwa kanker telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. CEA bukanlah tes absolut untuk kanker kolorektal karena kadarnya tinggi hanya pada 60% penderita kanker kolorektal yang telah menyebar ke organ lainnya dari usus besar. Selain itu, kondisi medis lainnya bisa menyebabkan peningkatan CEA. Tes CEA paling sering digunakan untuk memonitor kanker kolorektal pada pasien yang sudah menjalani pengobatan, dan bukan hanya tes skrining.
5. CT scan atau CAT scan)
CT scan menciptakan citra tiga dimensi bagian dalam tubuh dengan mesin x-ray. Kemudian, komputer menggabungkan kumpulan citra ini menjadi gambar penampang detail yang menunjukkan kelainan atau tumor. CT scan juga bisa digunakan untuk menilai ukuran tumor. Terkadang, pewarna khusus yang disebut medium kontras akan diberikan sebelum scan dilakukan untuk menghasilkan gambar yang lebih detail. Pewarna ini bisa disuntikkan ke dalam vena pasien atau diberikan dalam bentuk pil untuk ditelan. Pada penderita kanker usus besar, CT scan bisa memeriksa penyebaran kanker di paru, hati, dan organ lainnya, dan paling sering dilakukan sebelum operasi.
6. MRI
MRI menggunakan medan magnet, bukan x-ray, untuk menghasilkan gambar tubuh yang rinci. MRI juga bisa digunakan untuk menilai ukuran tumor. Pewarna khusus yang disebut medium kontras akan diberikan sebelum scan dilakukan untuk menghasilkan gambar yang lebih detail. Pewarna ini bisa disuntikkan ke dalam vena pasien atau diberikan dalam bentuk pil untuk ditelan. MRI adalah tes pencitraan terbaik untuk menemukan lokasi pertumbuhan kanker kolorektal.
7. Ultrasound
Ultrasound adalah prosedur yang menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar organ dalam untuk mencari tahu apakah kanker telah menyebar. Ultrasound endorektal biasa digunakan untuk mencari tahu berapa dalam kanker rektum telah tumbuh dan bisa digunakan untuk membantu merancang pengobatan. Namun, tes ini tidak dapat mendeteksi kanker yang telah menyebar ke kelenjar getah bening terdekat, atau keluar panggul, dengan akurat. Ultrasound juga bisa digunakan untuk melihat hati, meskipun CT scan atau MRI (lihat di atas) lebih dipilih karena lebih baik dalam menemukan tumor di hati.
8. X-ray dada
X-ray atau rontgen adalah cara untuk menghasilkan gambar susunan bagian dalam tubuh, dengan menggunakan radiasi dalam jumlah kecil. X-ray dada bisa membantu dokter mencari tahu apakah kanker telah menyebar ke paru-paru.
9. PET scan
PET scan adalah cara untuk menghasilkan gambar organ dan jaringan dalam tubuh. Sejumlah kecil zat gula radioaktif disuntikkan ke dalam tubuh pasien, dan zat gula ini akan digunakan oleh sel yang paling banyak menggunakan energi. Oleh karena kanker cendrung menggunakan energi secara aktif, kanker akan menyerap lebih banyak zat radioaktif. Kemudian, scanner mendeteksi zat ini untuk menghasilkan gambar bagian dalam tubuh. Setelah tes diagnostik selesai, dokter akan mengulas semua hasilnya dengan Anda. Jika diagnosis yang keluar adalah kanker, hasil ini juga membantu dokter untuk menjelaskan kanker tersebut, dan tahap ini disebut staging.
Beragam tes pencitraan di atas bisa (PET scan, MRI, rontgen dada, ultrasound, dan CT scan) digunakan untuk mencari tahu apakah kanker telah menyebar.
G. Metode pengobatan Kanker Usus Besar
Seperti penyakit kanker pada umumnya, pengobatan kanker kolorektal bergantung pada lokasi spesifik dan tingkat parahnya penyakit. Bedah adalah bentuk pengobatan paling umum untuk kanker kolorektal dan bertujuan untuk menghilangkan tumor dan sebagian usus yang sehat dan kelenjar getah bening terdekat.
Beberapa orang mungkin memerlukan kolostomi, yaitu prosedur pembedahan di mana sebagian dari usus besar dibawa keluar melewati dinding abdomen untuk mengeluarkan feses atau kotoran dari tubuh ke kantong kolostomi pasien. Pembukaan ini biasanya bersifat sementara tetapi pada beberapa kasus mungkin bersifat permanen. Selepas pembedahan kanker kolorektal, beberapa pasien mungkin memerlukan kemoterapi untuk mengurangi resiko kambuhnya kanker.
Beberapa orang mungkin memerlukan kolostomi, yaitu prosedur pembedahan di mana sebagian dari usus besar dibawa keluar melewati dinding abdomen untuk mengeluarkan feses atau kotoran dari tubuh ke kantong kolostomi pasien. Pembukaan ini biasanya bersifat sementara tetapi pada beberapa kasus mungkin bersifat permanen. Selepas pembedahan kanker kolorektal, beberapa pasien mungkin memerlukan kemoterapi untuk mengurangi resiko kambuhnya kanker.
- Kemoterapi (dan juga terapi bertarget)
Digunakan pada pasien dengan tingkat kanker yang lebih parah untuk membantu pasien hidup lebih panjang dan mengurangi gejala kanker yang muncul. Pasien yang lebih tua akan merasakan manfaat dari pengobatan ini.
- Terapi Radiasi
Mempunyai indikasi spesifik dan biasanya digunakan sebelum bedah kanker rektal. Pengobatan ini tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak menggunakan arus listrik pada pasien seperti yang sering dipikirkan.
- Terapi Bertarget
Ketika kemoterapi standar merusak semua sel dalam tubuh, terapi bertarget mengarahkan obat atau zat yang dibuat khusus (contohnya: protein system kekebalan tubuh yang dikembangkan di lab) untuk menyerang sel-sel kanker. Tujuan terapi bertarget adalah untuk menghalangi gen atau protein yang terdapat pada pertumbuhan tumor untuk menghalangi penyebaran penyakit, obata atau zat lain dirancang untuk menghalangi pertumbuhan dan penyebaran kanker dengan mencegah sel-sel kanker membelah atau dengan menghancurkan secara langsung sel-sel kanker tersebut.
Terapi bertarget berfungsi sebagai dasar bagi obat presisi yang menggunakan informasi mengenai profil DNA tumor untuk mengidentifikasi jenis pengobatan tambahan. Pengobatan yang disesuaikan menargetkan kelainan yang mungkin ditemukan pada setiap profil DNA tumor. Inovasi ini menandai pergeseran pengobatan tradisional yang dirancang untuk pasien pada umumnya kepada pengobatan yang lebih seksama. Terapi bertarget adalah ilmu pengetahuan yang berkembang dan bukan semua jenis kanker dapat diobati dengan obat bertarget.
Terapi bertarget berfungsi sebagai dasar bagi obat presisi yang menggunakan informasi mengenai profil DNA tumor untuk mengidentifikasi jenis pengobatan tambahan. Pengobatan yang disesuaikan menargetkan kelainan yang mungkin ditemukan pada setiap profil DNA tumor. Inovasi ini menandai pergeseran pengobatan tradisional yang dirancang untuk pasien pada umumnya kepada pengobatan yang lebih seksama. Terapi bertarget adalah ilmu pengetahuan yang berkembang dan bukan semua jenis kanker dapat diobati dengan obat bertarget.
H. Cara mencegah Kanker Usus Besar
Mencegah jauh lebih baik ketimbang mengobati. Hal itu juga berlaku pada kanker usus besar. Agar tak sampai terjamah penyakit mematikan ini, lakukan upaya pencegahan. Simak tips pencegahan dari dokter Adil S Pasaribu SpB KBD, seperti dilansir dari Litbang Depkes, berikut ini :
- Hindari makanan tinggi lemak, protein, kalori, serta daging merah. Jangan lupakan konsumsi kalsium dan asam folat. Setelah menjalani polipektomi adenoma disarankan pemberian suplemen kalsium.
- Disarankan pula suplementasi vitamin E dan D.
- Makan buah dan sayuran setiap hari.
- Pertahankan Indeks Massa Tubuh antara 18,5 – 25,0 kg/m2 sepanjang hidup.
- Lakukan aktivitas fisik, semisal jalan cepat paling tidak 30 menit dalam sehari.
- Hindari kebiasaan merokok. Segera lakukan kolonoskopi dan polipektomi pada pasien yang ditemukan adanya polip.
- Lakukan deteksi dini dengan tes darah samar sejak usia 40 tahun.
0 comments:
Post a Comment