Kanker serviks adalah salah satu tumor ganas yang sering ditemukan pada kaum wanita, serta merupakan satu-satunya kanker yang telah diketahui penyebabnya. Kanker serviks bisa disebabkan oleh virus HPV, dan virus HPV dapat menular melalui kontak fisik, pada 10 tahun lebih masa inkubasi, tetapi kanker serviks dapat dicegah dan dapat diukur, dengan memahami gejala kanker serviks, dan dengan tepat melakukan skrining dan diketahui sejak dini, dengan cepat pula diobati. Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh pada sel-sel di leher rahim. Umumnya, kanker serviks tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Gejala baru muncul saat kanker sudah mulai menyebar.
Serviks adalah bagian bawah rahim yang terhubung ke vagina. Salah satu fungsi serviks adalah memproduksi lendir atau mukus. Lendir membantu menyalurkan sperma dari vagina ke rahim saat berhubungan seksual. Selain itu, serviks juga akan menutup saat kehamilan untuk menjaga janin tetap di rahim, dan akan melebar atau membuka saat proses persalinan berlangsung. Berdasarkan penelitian yang dirilis WHO pada tahun 2014, lebih dari 92 ribu kasus kematian pada wanita di Indonesia disebabkan oleh penyakit kanker. Dari jumlah tersebut, 10% terjadi karena kanker serviks. Sedangkan menurut data Kementerian Kesehatan RI, setidaknya terjadi 15000 kasus kanker serviks setiap tahunnya di Indonesia.
A. Jenis Kanker Serviks
Deteksi jenis kanker serviks yang diderita pasien akan membantu dokter dalam memberikan penanganan yang tepat. Jenis kanker serviks terbagi dua, yaitu:
- Karsinoma sel skuamosa (KSS). KSS adalah jenis kanker serviks yang paling sering terjadi. KSS bermula pada sel skuamosa, yaitu sel yang melapisi bagian luar leher rahim.
- Adenokarsinoma. Jenis kanker serviks ini bermula pada sel kelenjar pada saluran leher rahim.
Pada kasus yang jarang, kedua jenis kanker serviks di atas dapat terjadi secara bersamaan.
B. Stadium Kanker Serviks
Tahap atau stadium digunakan untuk menjelaskan tingkat penyebaran kanker. Semakin tinggi stadium kanker, maka semakin luas penyebarannya. Berikut ini adalah stadium kanker serviks berdasarkan penyebarannya:
* Stadium 1
Sel kanker tumbuh di permukaan leher rahim, tetapi belum menyebar ke luar rahim. Terdapat kemungkinan kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya, namun belum menyerang organ di sekitarnya. Ukuran kanker bervariasi, bahkan bisa lebih dari 4 cm.
* Stadium 2
Kanker sudah menyebar ke rahim, namun belum menyebar hingga ke bagian bawah vagina atau dinding panggul. Terdapat kemungkinan kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya, namun belum menyerang organ di sekitarnya. Ukuran kanker bervariasi, bahkan bisa lebih dari 4 cm.
* Stadium 3
Kanker sudah menyebar ke bagian bawah vagina, serta menekan saluran kemih dan menyebabkan hidronefrosis. Terdapat kemungkinan kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya, namun belum menyerang organ di sekitarnya.
Stadium 4
Kanker telah menyebar ke organ lain, seperti kandung kemih, hati, paru-paru, usus, atau tulang. Penelitian mengungkapkan bahwa angka harapan hidup pada penderita kanker serviks tergantung stadium yang dialami. Meskipun demikian, angka harapan hidup hanya hitungan persentase penderita yang masih hidup, lima tahun setelah didiagnosis menderita kanker serviks.
Sebagai contoh, angka harapan hidup 80% berarti 80 dari 100 penderita bertahan hidup 5 tahun setelah terdiagnosis kanker serviks. Perlu diketahui, banyak penderita yang hidup lebih dari 5 tahun setelah didiagnosis kanker serviks.
Berikut adalah angka harapan hidup pada penderita kanker serviks berdasarkan stadium yang dialami:
Berikut adalah angka harapan hidup pada penderita kanker serviks berdasarkan stadium yang dialami:
Stadium 1 – 80-93%
Stadium 2 – 58-63%
Stadium 3 – 32-35%
C. Gejala Kanker Serviks
1. Berhubungan dengan erosi serviks
Biasanya penderita kanker serviks sebagian besar berhubungan dengan erosi serviks, bisa dengan melalui pemeriksaan pap smear atau lainnya untuk mendiagnosa penyakit ini.
Biasanya penderita kanker serviks sebagian besar berhubungan dengan erosi serviks, bisa dengan melalui pemeriksaan pap smear atau lainnya untuk mendiagnosa penyakit ini.
2. Contact bleeding
Contact bleeding adalah gejala kanker serviks yang paling khas, sekitar 70%-80% dari penderita mengalami pendarahan juga pada bagian vagina. Saat setelah melakukan hubungan seksual atau melakukan pemeriksaan ginekologi, atau mengedan pada saat buang air besar, dari vagina bisa keluar cairan bercampur darah.
Contact bleeding adalah gejala kanker serviks yang paling khas, sekitar 70%-80% dari penderita mengalami pendarahan juga pada bagian vagina. Saat setelah melakukan hubungan seksual atau melakukan pemeriksaan ginekologi, atau mengedan pada saat buang air besar, dari vagina bisa keluar cairan bercampur darah.
3. Pendarahan tidak teratur pada vagina
Bagi wanita yang sudah lama mengalami menopause, dan tiba-tiba tanpa alasan apapun mengalami "kram". Jumlah pendarahannya tidak banyak, tidak disertai dengan nyeri perut, sakit pinggang dan gejala lainnya, sangat mudah dihiraukan. Ini adalah gejala awal kanker serviks, penderita pada usia lanjut bisa melakukan pemeriksaan di bagian ginekologi, atau melalui pemeriksaan kolposkopi untuk memastikan penyakit.
Bagi wanita yang sudah lama mengalami menopause, dan tiba-tiba tanpa alasan apapun mengalami "kram". Jumlah pendarahannya tidak banyak, tidak disertai dengan nyeri perut, sakit pinggang dan gejala lainnya, sangat mudah dihiraukan. Ini adalah gejala awal kanker serviks, penderita pada usia lanjut bisa melakukan pemeriksaan di bagian ginekologi, atau melalui pemeriksaan kolposkopi untuk memastikan penyakit.
4. Rasa nyeri
Perut bagian bawah atau pinggang pasien sering dilanda rasa nyeri, terkadang rasa sakit juga menyerang perut bagian atas, kaki bagian atas dan panggul, pada masa menstruasi, buang air besar, atau berhubungan seksual, rasa sakitnya akan semakin parah, terlebih ketika peradangan mundur sepanjang ligamen uterosakral memperpanjang atau tersebar di sepanjang bagian bawah ligamentum, membentuk peradangan kronis jaringan ikat parametrium, ketika terjadi penebalan ligamen utama serviks, rasa nyerinya akan semakin parah. Setiap menyentuh leher rahim, langsung menyebabkan fossa iliaka, nyeri lumbosakral, ada beberapa pasien yang bahkan mengalami gejala mual, dan gejala lainnya.
Perut bagian bawah atau pinggang pasien sering dilanda rasa nyeri, terkadang rasa sakit juga menyerang perut bagian atas, kaki bagian atas dan panggul, pada masa menstruasi, buang air besar, atau berhubungan seksual, rasa sakitnya akan semakin parah, terlebih ketika peradangan mundur sepanjang ligamen uterosakral memperpanjang atau tersebar di sepanjang bagian bawah ligamentum, membentuk peradangan kronis jaringan ikat parametrium, ketika terjadi penebalan ligamen utama serviks, rasa nyerinya akan semakin parah. Setiap menyentuh leher rahim, langsung menyebabkan fossa iliaka, nyeri lumbosakral, ada beberapa pasien yang bahkan mengalami gejala mual, dan gejala lainnya.
5. Cairan vagina bertambah banyak
Secara klinis, sekitar 75%-85% penderita memiliki tahapan sekresi yang berbeda-beda, terutama disebabkan karena stimulasi tumor, fungsi sekresi hipertiroidisme kelenjar serviks, menghasilkan lendir seperti keputihan. Keputihan yang tidak normal termasuk cairan yang berlebih dan berbau dan warna yang berubah, merupakan gejala awal kanker serviks, bisa melakukan pemeriksaan pap smear atau uji yodium, dan jenis pemeriksaan lainnya.
Secara klinis, sekitar 75%-85% penderita memiliki tahapan sekresi yang berbeda-beda, terutama disebabkan karena stimulasi tumor, fungsi sekresi hipertiroidisme kelenjar serviks, menghasilkan lendir seperti keputihan. Keputihan yang tidak normal termasuk cairan yang berlebih dan berbau dan warna yang berubah, merupakan gejala awal kanker serviks, bisa melakukan pemeriksaan pap smear atau uji yodium, dan jenis pemeriksaan lainnya.
6. Siklus menstruasi jadi tidak teratur, badan lemas dan mudah lelah, berat badan menurun padahal tidak sedang diet, kehilangan nafsu makan serta salah satu kaki membengkak.
Ada beberapa kondisi lainnya, seperti infeksi, yang dapat menyebabkan berbagai ciri-ciri kanker serviks tersebut. Namun, apa pun penyebabnya, Anda tetap harus mengunjungi dokter untuk memeriksakannya. Mengabaikan kemungkinan gejala kanker serviks hanya akan membuat kondisi memburuk dan kehilangan kesempatan perawatan yang efektif. Lebih baik lagi, jangan menunggu hingga gejala kanker serviks muncul. Cara terbaik untuk merawat kelamin Anda dengan melakukan tes pap smear dan pemeriksaan panggul secara rutin ke dokter kandungan. Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala kanker serviks yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.
Wanita yang berusia di atas 40 tahun juga sangat disarankan untuk periksa ke dokter dan melakukan tes pap smear secara rutin. Pasalnya, semakin bertambah usia Anda makin rentan terhadap kanker ini. Sedangkan Anda mungkin saja tidak merasakan berbagai gejala kanker serviks yang sudah mulai menyerang.
D. Penyebab Kanker Serviks
Hampir semua kasus kanker serviks disebabkan oleh human papillomavirus atau disingkat HPV. Ada lebih dari seratus jenis HPV, tapi sejauh ini hanya ada kira-kira 13 jenis virus yang bisa jadi penyebab kanker serviks. Virus ini sering ditularkan melalui hubungan seksual. Di dalam tubuh wanita, virus ini menghasilkan dua jenis protein, yaitu E6 dan E7. Kedua protein ini berbahaya karena bisa menonaktifkan gen-gen tertentu dalam tubuh wanita yang berperan dalam menghentikan perkembangan tumor. Kedua protein ini juga memicu pertumbuhan sel-sel dinding rahim secara agresif. Pertumbuhan sel yang tidak wajar ini akhirnya menyebabkan perubahan gen (disebut juga sebagai mutasi gen).
Mutasi gen inilah yang lantas menjadi penyebab kanker serviks berkembang dalam tubuh. Beberapa jenis HPV tidak menyebabkan gejala sama sekali. Namun, sebagian jenis bisa menyebabkan kutil pada kelamin, dan beberapa bisa jadi penyebab kanker serviks. Hanya dokter yang bisa mendiagnosis dan memastikan seberapa bahaya jenis HPV yang Anda alami. Dua turunan dari virus HPV (HPV 16 dan HPV 18) diketahui berperan dalam 70% dari kasus kanker serviks. Jenis infeksi HPV ini tidak menyebabkan gejala apa pun, sehingga banyak wanita tidak menyadari mereka memiliki infeksi.
Faktanya, kebanyakan wanita dewasa sebenarnya pernah menjadi “tuan rumah” HPV pada saat tertentu dalam hidup mereka. HPV dapat dengan mudah ditemukan melalui tes pap smear. Inilah mengapa tes pap smear sangat penting untuk mencegah kanker serviks. Tes pap smear mampu mendeteksi perbedaan pada sel serviks sebelum berubah menjadi kanker. Jika Anda menangani perubahan sel tersebut, Anda dapat melindungi diri dari kanker leher rahim.
Mutasi gen inilah yang lantas menjadi penyebab kanker serviks berkembang dalam tubuh. Beberapa jenis HPV tidak menyebabkan gejala sama sekali. Namun, sebagian jenis bisa menyebabkan kutil pada kelamin, dan beberapa bisa jadi penyebab kanker serviks. Hanya dokter yang bisa mendiagnosis dan memastikan seberapa bahaya jenis HPV yang Anda alami. Dua turunan dari virus HPV (HPV 16 dan HPV 18) diketahui berperan dalam 70% dari kasus kanker serviks. Jenis infeksi HPV ini tidak menyebabkan gejala apa pun, sehingga banyak wanita tidak menyadari mereka memiliki infeksi.
Faktanya, kebanyakan wanita dewasa sebenarnya pernah menjadi “tuan rumah” HPV pada saat tertentu dalam hidup mereka. HPV dapat dengan mudah ditemukan melalui tes pap smear. Inilah mengapa tes pap smear sangat penting untuk mencegah kanker serviks. Tes pap smear mampu mendeteksi perbedaan pada sel serviks sebelum berubah menjadi kanker. Jika Anda menangani perubahan sel tersebut, Anda dapat melindungi diri dari kanker leher rahim.
E. Faktor Penyebab Kanker Serviks
Sejauh ini HPV memang diketahui jadi penyebab kanker serviks yang utama. Akan tetapi, ada beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan peluang Anda kena kanker ini, meski Anda tidak punya riwayat infeksi HPV sekalipun. Simak berbagai faktor risiko penyebab kanker serviks berikut ini :
- Infeksi human papilloma virus.
Melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan dapat meningkatkan risiko terkena HPV 16 dan 18. Begitu juga dengan perilaku seksual berisiko seperti seks tanpa kondom atau berbagi mainan seks (sex toys) yang sama. Selain itu, wanita yang tidak pernah mendapatkan vaksin (imunisasi) HPV tentu lebih rentan terinfeksi HPV yang bisa jadi penyebab kanker serviks.
- Merokok.
Tembakau mengandung banyak zat kimia yang tidak baik untuk tubuh. Wanita yang merokok memiliki risiko hingga dua kali lebih besar dibanding wanita non-perokok dalam terkena kanker serviks.
- Imunosupresi.
Pengobatan atau kondisi yang mempengaruhi sistem imun, seperti human immunodeficiency virus (HIV), virus yang menyebabkan AIDS, bisa meningkatkan risiko terkena infeksi HPV dan jadi penyebab kanker serviks.
- Infeksi klamidia.
Beberapa penelitian menunjukkan risiko yang lebih tinggi dari kanker serviks pada wanita dengan hasil tes darah yang menunjukkan pernah atau sedang memiliki infeksi salah satu penyakit menular seksual, yaitu klamidia.
- Kurangnya konsumsi buah dan sayur.
Wanita yang memiliki pola makan kurang sehat, misalnya jarang makan buah dan sayur, mungkin memiliki risiko lebih tinggi terhadap kanker serviks.
- Berat badan berlebih (obesitas).
Wanita dengan kelebihan berat badan lebih mudah memiliki adenocarcinoma pada serviks.
- Penggunaan kontrasepsi minum (pil KB) jangka panjang.
Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa minum kontrasepsi oral (pil KB) dalam waktu yang lama, yaitu lebih dari sekitar lima tahun, dapat meningkatkan risiko kanker serviks. Kalau Anda sudah lama minum pil KB untuk mencegah kehamilan, segera pertimbangkan untuk memilih kontrasepsi lain dan bicarakan dengan dokter kandungan Anda. Penelitian terbaru menemukan bahwa wanita yang menggunakan intrauterine device (IUD, perangkat yang dimasukkan ke dalam rahim untuk mencegah kehamilan) memiliki risiko lebih rendah terhadap kanker. Karena itu, alat kontrasepsi jenis IUD bisa jadi alternatif buat Anda yang belum ingin hamil.
Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa minum kontrasepsi oral (pil KB) dalam waktu yang lama, yaitu lebih dari sekitar lima tahun, dapat meningkatkan risiko kanker serviks. Kalau Anda sudah lama minum pil KB untuk mencegah kehamilan, segera pertimbangkan untuk memilih kontrasepsi lain dan bicarakan dengan dokter kandungan Anda. Penelitian terbaru menemukan bahwa wanita yang menggunakan intrauterine device (IUD, perangkat yang dimasukkan ke dalam rahim untuk mencegah kehamilan) memiliki risiko lebih rendah terhadap kanker. Karena itu, alat kontrasepsi jenis IUD bisa jadi alternatif buat Anda yang belum ingin hamil.
- Sudah beberapa kali hamil dan melahirkan.
Wanita yang pernah mengalami kehamilan hingga melahirkan (tidak keguguran) 3 kali atau lebih memiliki risiko yang lebih tinggi terkena kanker serviks.
- Hamil atau melahirkan di usia sangat muda.
Sangat muda berarti berusia di bawah 17 tahun saat kehamilan hingga melahirkan pertama kalinya. Wanita yang berusia lebih muda dari 17 tahun saat hamil pertama (tidak keguguran) dua kali lebih rentan terkena kanker serviks.
- Kemiskinan.
Meskipun keadaan ekonomsi seseorang tidak serta-merta jadi penyebab kanker serviks, kemiskinan sangat mungkin menghalangi akses wanita terhadap layanan serta pendidikan kesehatan yang memadai, termasuk tes pap smear.
- Diethylstilbestrol (DES).
DES adalah obat hormonal yang diberikan pada wanita untuk mencegah keguguran. Ibu yang menggunakan obat ini saat kehamilan memiliki risiko lebih besar terhadap kanker serviks. Anak perempuan yang dilahirkan juga memiliki risiko yang lebih besar. Obat ini sudah tidak diresepkan lagi untuk ibu hamil sejak tahun 1980-an. Akan tetapi, buat Anda yang pernah hamil atau dilahirkan sebelum 1980 masih berisiko mengalami kanker.
- Faktor keturunan.
Apabila dalam keluarga Anda, misalnya nenek, ibu, atau sepupu wanita yang pernah kena kanker serviks, Anda pun jadi dua hingga kali lebih rentan mengalami kanker serviks dibandingkan orang yang tidak punya faktor keturunan kanker. Masalahnya, mutasi gen yang jadi penyebab kanker serviks bisa diturunkan ke generasi selanjutnya.
- Usia.
Perempuan di bawah usia lima belas tahun memiliki risiko paling rendah terhadap kanker ini. Sedangkan risiko semakin meningkat pada wanita berusia di atas 40 tahun.
F. Diagnosis Kanker Serviks
Dokter biasanya menggunakan tes pap smear untuk mendiagnosis kanker serviks. Dokter dapat melakukan tes lainnya untuk melihat sel kanker atau pre-kanker pada serviks jika tes pap smear menunjukkan malfungsi perubahan sel, seperti biopsi. Dokter dapat merujuk Anda pada ginekolog (dokter spesialis kandungan, yaitu ahli kesehatan sistem reproduksi wanita) jika hasil tes menunjukkan kelainan, atau jika dokter melihat adanya pertumbuhan dalam serviks atau jika Anda memiliki perdarahan abnormal.
Penting diketahui bahwa perdarahan dari wanita tidak selalu berarti kanker serviks. Klamidia adalah salah satu alasan mengapa wanita mengalami perdarahan vagina yang tidak biasa. Dokter mungkin menyarankan Anda untuk melakukan tes terlebih dahulu sebelum dirujuk. Beberapa tes yang mungkin diperlukan untuk mengonfirmasi jika Anda memiliki kanker serviks adalah sebagai berikut :
Penting diketahui bahwa perdarahan dari wanita tidak selalu berarti kanker serviks. Klamidia adalah salah satu alasan mengapa wanita mengalami perdarahan vagina yang tidak biasa. Dokter mungkin menyarankan Anda untuk melakukan tes terlebih dahulu sebelum dirujuk. Beberapa tes yang mungkin diperlukan untuk mengonfirmasi jika Anda memiliki kanker serviks adalah sebagai berikut :
- Kolposkopi.
Prosedur dilakukan dengan mikroskop kecil dengan sumber cahaya di ujung digunakan untuk memeriksa serviks Anda.
- Cone biopsy.
Prosedur kecil ini dilakukan di bawah obat bius. Bagian kecil berbentuk kerucut pada serviks akan diangkat untuk diperiksa. Setelah itu, Anda mungkin mengalami pendarahan vagina selama hingga empat minggu setelah prosedur serta dapat juga mengalami nyeri seperti haid.
Apabila dokter yakin Anda memiliki gejala kanker serviks, dokter kemudian akan memeriksa seberapa parah kondisi (tahap stadium) kanker. Tesnya dapat meliputi hal-hal di bawah ini :
- Memeriksa rahim, vagina, rektum, dan kemih apabila terdapat kanker. Prosedur ini dilakukan dengan obat bius.
- Tes darah untuk memeriksa kondisi sekitar organ, seperti tulang, darah dan ginjal.
- Tes imaging (pemindaian), yaitu dengan teknologi Computerised tomography (CT) scan, Magnetic resonance imaging (MRI) scan, sinar X, dan Positive emission tomography (PET) scan. Tujuan tes ini yaitu untuk mengidentifikasi tumor kanker dan apabila sel kanker telah menyebar (metastasis).
G. Metode Pengobatan Kanker Serviks
Semakin cepat Anda mendeteksi gejala kanker serviks dan penyakitnya, semakin mudah pula untuk mengobati kanker serviks. Pengobatan untuk kanker serviks cukup rumit. Rumah sakit akan menyiapkan tim ahli yang ditentukan untuk mengatasi tahap awal dan tahap lanjut kanker serviks. Walau idealnya menangani kanker serviks pada tahap awal, biasanya kanker serviks tidak didiagnosis cukup awal. Biasanya, ada tiga pilihan penanganan utama untuk kanker serviks, operasi, radioterapi dan kemoterapi seperti tersebut dibawah ini :
1. Operasi
Tindakan ini akan mengangkat bagian yang terinfeksi kanker. Anda dan tim medis Anda harus bekerja sama untuk hasil yang terbaik
- Radical trachelectomy – serviks, jaringan sekitar dan bagian atas vagina diangkat, namun rahim tetap pada tempatnya sehingga Anda masih bisa punya anak. Karena itulah tindakan bedah ini biasanya jadi prioritas untuk wanita yang memiliki kanker serviks tahap awal dan masih mau punya anak.
- Histerektomi – serviks dan rahim diangkat, tergantung pada tahap kanker, mungkin diperlukan untuk mengangkat indung telur dan tuba falopi. Anda sudah tidak bisa memiliki anak lagi jika Anda melakukan histerektomi.
- Pelvic exenteration – operasi besar di mana serviks, vagina, rahim, kemih, indung telur, tuba falopi dan rektum diangkat. Seperti histerektomi, Anda sudah tidak bisa punya anak lagi setelah menjalani pembedahan ini.
2. Radioterapi
Pada tahap awal kanker serviks, Anda dapat ditangani dengan radioterapi atau dikombinasikan dengan operasi. Kemudian, apabila kanker sudah pada tahap lanjut, dokter dapat merekomendasi radioterapi dengan kemoterapi untuk mengurangi perdarahan dan rasa sakit pada pasien. Pada prosedur ini, tubuh Anda dipaparkan dengan radiasi. Sumber radiasi dapat berasal dari eksternal, dengan mesin yang memancarkan radiasi pada tubuh Anda, atau secara internal. Dengan metode internal, sebuah implan akan dipasang ke dalam tubuh Anda untuk memberi radiasi. Ada beberapa kasus di mana 2 metode ini dikombinasikan. Rangkaian radioterapi biasanya berlangsung selama 5 hingga 8 minggu.
3. Kemoterapi
Kemoterapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan radioterapi untuk menangani kanker serviks. Pada kanker tahap lanjut, metode ini sering digunakan untuk mencegah pertumbuhan kanker. Anda akan membuat janji untuk mendapatkan dosis kemoterapi melalui infus. Semua penanganan kanker serviks dapat memiliki efek samping. Anda harus mendiskusikannya terlebih dahulu dengan dokter. Anda mungkin akan mengalami menopause dini, penyempitan pada vagina, atau limfedema setelah menjalani perawatan kanker leher rahim.
H. Cara Mencegah Kanker Serviks
Berikut adalah perubahan gaya hidup yang dapat membantu Anda mencegah kanker serviks terjadi pada Anda :
- Berbicara dengan keluarga, teman-teman atau konselor dapat membantu. Anda juga dapat menanyakan dokter mengenai komunitas penyintas (survivor) dan pengidap kanker serviks.
- Tes pap smear adalah cara terbaik untuk menemukan perubahan sel serviks atau HPV pada serviks. Penting untuk melakukan follow up dengan dokter setelah hasil tes pap smear yang abnormal agar Anda dapat mendapatkan perawatan dengan tepat waktu.
- Jika Anda berusia di bawah 26 tahun, Anda dapat mendapatkan vaksin HPV yang dapat melindungi dari 2 jenis HPV 16 dan HPV 18, jenis HPV yang dapat menyebabkan kanker serviks.
- Hindari terinfeksi HPV dengan melakukan hubungan seks yang aman, dengan menggunakan kondom dan tidak berganti-ganti pasangan seksual.
- Untuk mencegah kanker berkembang ke tahap stadium yang lebih serius, Anda perlu menjalani gaya hidup sehat. Misalnya dengan menjaga pola makan bernutrisi seimbang, rajin berolahraga sesuai dengan kemampuan dan saran dokter, istirahat yang cukup, mengelola stres, berhenti merokok dan minum alkohol, serta mengurangi paparan zat berbahaya misalnya dari polusi, pestisida, dan makanan kemasan.
** Untuk tampilan yang lebih baik, silahkan tegakkan HP / Gadget Anda
0 comments:
Post a Comment